Kayu termahal sebagai bahan baku furnitur adalah tigerwood. Menurut Rina Kundang, tigerwood berasal dari ‘bisul kayu’ (burl) yang tumbuh secara alami dan tidak dapat dibudidayakan. Misalnya kayu jenis redwood, jika memiliki ‘bisul’, namanya menjadi redburlwood.
“Kelebihannya, dipotong dari sudut manapun, serat kayu akan sama bagusnya,” tutur pemilik Sony Art Gallery di bilangan Ciputat Raya, Jakarta Selatan ini.
Karena harganya mahal, jelas Rina, maka jarang furnitur yang menggunakan jenis kayu ini secara utuh. Tigerwood umumnya dijual dalam bentuk lembaran tipis yang kemudian ditempel di atas particle board atau t-block. “Biasanya tigerwood hanya digunakan sebagai profil atau aksen dari sebuah produk furnitur,” jelas Rina.
“Sebagai perbandingan, meja jati dengan laci menggunakan kayu jati, harganya cuma Rp2,5 juta; sementara meja jati dengan laci dari tigerwood, harganya bisa mencapai Rp6,5 juta,” paparnya. “Contoh lain, peti kayu jati berukuran kecil harganya hanya Rp1,5 juta; sedangkan peti berbahan baku tigerwood dengan ukuran yang sama, bisa mencapai Rp8 juta.
sumber : http://www.rumah.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar