Kolang-kaling
Kolang-kaling (buah atap) adalah nama cemilan kenyal berbentuk
lonjong dan berwarna putih transparan dan mempunyai rasa yang
menyegarkan. Kolang kaling yang dalam bahasa Belanda biasa disebut
glibbertjes[1] ini, dibuat dari biji pohon aren (Arenga pinnata) yang
berbentuk pipih dan bergetah. Untuk membuat kolang-kaling, para
pengusaha kolang kaling biasanya membakar buah aren sampai hangus,
kemudian diambil bijinya untuk direbus selama beberapa jam. Biji yang
sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur selama
beberapa hari sehingga terfermentasikan.
Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, hingga mencapai 93,8%
dalam setiap 100 gram-nya. Kolang kaling juga mengandung 0,69 gram
protein, empat gram karbohidrat, serta kadar abu sekitar satu gram dan
serat kasar 0,95 gram.
Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengkonsumsi kolang kaling juga membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia.
Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang kaling bisa memberikan
rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya, selain itu juga
menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi
menurun, sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan diet.
TAHAPAN PROSES PRODUKSI KOLANG-KALING
1. Pohon enau yang berbuah. Desa Sirnarasa, Jawa Barat
2. Buah yang muda, dipanen sebagai bahan kolang-kaling
3. Mengumpulkan dan merebus buah enau di kebun
4. Merebus (mengukus) buah enau
5. Mengupas buah enau
6. Buah telah dikukus dan dikupas, nampak endosperma
7. Memukul pipih inti biji enau, sebelum merendamnya di air selama beberapa hari
8. Hasil perendaman berupa kolang-kaling, siap diolah lebih lanjut menjadi kolak dll.
Mengolah Kolang-Kaling
ASAL MUASAL KOLANG KALING
Pohon aren atau enau (Arengan Pinnata) merupakan pohon yang
menghasilkan bahan-bahan industri. Hampir semua bagian tanaman ini dapat
dimanfaatkan karena nilai ekonomi.
Tanaman aren di Indonesia banyak terdapat hampir di seluruh nusantara
tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat luas. Tanaman Aren dapat
diandalkan sebagai salah satu sumber devisa negara dan meningkatkan
nilai ekonomi.
Tanaman aren bermanfaat juga untuk pengawetan sumber daya alam ( tanah) dan kelestarian lingkungan hidup.
Di berbagai daerah di Indonesia nama tanaman aren bermacam-macam,
yakni anau dan bakjuk di Aceh, onau di Minangkabau, onao di Toraja.
Honau di Bali dan kawung di Jawa Barat.
Semua bagian dari pohon aren ternyata banyak fungsinya, antara lain :
- Akar aren dapat digunakan untuk bahan kerajinan tangan.
- Daun muda atau sanurnya untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok.
- Batangnya digunakan untuk berbagai macam peralatan bangunan.
- Air nira digunakan untuk bahan pembuatan gula merah atau cuka.
- Lidinya digunakan untuk membuat sapu.
Pohon aren dapat berbuah , buahnya bergelantung di pohonnya. Bentuk
buahnya bulat atau lonjong dengan ujungnya ke dalam. Jika buah aren yang
belum terlalu matang dipotong akan terlihat bijinya yang kenyal
berwarna bening.
Pada saat buah masih muda dengan kulit luarnya berwarna hijau, biji
aren mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya
berwarna kuning dan tipis, bentuk bijinya lonjong biji muda inilah yang
dinamakan kolang kaling.
Gambar Biji buah aren yang masih muda dan yang masak
MANFAAT KOLANG KALING
Kolang kaling banyak digunakan sebagai bahan campuran beraneka jenis
makanan atau minuman misalnya : manisan, kolak, ronde, roti, minuman
kaleng, es campur dan bajigur.
Sekarang muncul pula aneka produk makanan baru yang menggunakan
kolang kaling sebagai bahannya seperti kolang kaling genji, kolang
kaling mania, kolang kaling berjuruh.
Kolang kaling selain dapat dimanfaatkan untuk bahan aneka makanan dan
minuman, kandungan seratnya juga baik untuk kesehatan. Serat kolang
kaling dan serat dari bahan makanan lain yang masuk ke dalam tubuh
menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga dapat mencegah
kegemukan atau obesitas.
Pada bulan puasa, masyarakat beragama Islam menjadikan kolang kaling
sebagai menu khas. Produk olahan kolang kaling ini mempunyai nilai
ekonomi tinggi.
ALAT PENGOLAHAN KOLANG-KALING
Peralatan yang diperlukan dalam pengolahan kolang-kaling adalah sebagai berikut :
- Bakul atau karung goni untuk menempatkan buah aren
- Pisau atau sabit untuk mengupas buah aren
- Panci atau belanga untuk merebus dan merendam buah aren
- Kompor atau tungku
- Telenan kayu
- Sendok besar ciduk dan serok
- Baskom plastik
PENGOLAHAN KOLANG KALING
- Pemilihan Bahan
Pengolahan kolang kaling diawali dengan pemilihan bahan (buah aren) yang
masih setengah masak yang ditandai dengan warna kulit buah yang masih
hijau segar. Buah-buah aren dilepas satu persatu dari untaiannya dan
dimasukkan ke dalam bakul
- Pembakaran atau Perebusan Buah Aren
Ada dua cara mengolah kolang kaling yaitu dengan membakar aren atau
merebus aren. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lendir buah yang
menyebabkan rasa sangat garatal apabila menyentuh kulit
a) Pembakaran
Caranya dengan menumpukkan buah aren diatas bara api sehingga daging buah menjadi agak hangus namun bijinya tidak hangus
b) Perebusan
Dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut :
Siapkan belanga, wajan, kuali atau drum bekas.
Belanga belanga atau kuali tersebut diisi air secukupnya hinggahungga
seluruh buah aren yang akan diperoses menjadi kolang kaling iti dapat
terendam air.
Belangga diletakan diatas kompor minyak atau tungku
Perebusan dilakukan sampai airnya mendidih 1-2 jam kemudian didiamkan sampai airnya dingin.
Satu persatu buah aren yang sudah direbus itu dikeluarkan untukdiambil bijinya
- Pengambilan biji aren
Caranya dengan mengiris atau membelah buah aren yang sudah direbus atau dibakar.
- Pelepasan kulit biji aren
Kulit biji yang berwarna kuning dilepaskan dengan menggunakan pisau
secara hati-hati. Biji yang terlepas dalam keadaan utuh dicuci dengan
air bersih.
- Perendaman biji aren
Siapkan belanga atau baskom yang berisi air kapur, lalu biji-biji aren
yang sudah bersih direndam dalam air kapur tersebut selama 2 s.d 3 hari.
Air kapur berfungsi untuk mengemdapkan segala kotoran dan dapat
mengenyalkan biji buah aren setelah selesai perendaman tampaklah
biji-biji buah aren yang berwarna putih bersih atau bening yang disebut
kolang-kaling. Setelah itu biji dicuci bersih jika akan dipasarkan biji
itu harus dalam keadaan diremdam dalam air.
PRODUK OLAHAN KOLANG KALING
Kolang-kaling yang berwarna putih kenyal seperti agar-agar banyak
digunakan sebagai bahan campuran es buah (se campur), bajigur, sirup,
kolak, manisan atau makanan ringan lainnya. Jika disimpan dalam waktu
yang cukup lama kolang-kaling segar akan cepat berlendir, untuk
pencegahannya dilakukan pernggantian air remdamnya. Akan tetapi untuk
lebih memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan peremdaman dengan air
gula.
Salah satu produk olahan dari Kolang-kaling dengan cara pengawetan dalam air gula dikenal sebagai manisan kolang-kaling
Bahannya :
- Kolang kaling
- Gula pasir
- Air
- Pewangi
- Pewarna makanan
Alatnya :
PEMBUATAN MANISAN KOLANG KALING
- Kolang-kaling direndam dengan air bersih selama satu malam lalu dicuci.
- Kalau manisan kolang-kaling ingin diwarnai gunakan pewarna makanan
yang tidak berbahaya. Kolang-kaling ini dicam[pur dengan pewarna dan
diaduk sampai merata. Kemudian kolang-kaling didiamkan sebentar supaya
terserap secara merata
- Kolang-kaling yang sudah diberi pewarna itu dicuci dengan air bersih secara berulang-ulang
- Siapkan larutan gula pasir sekitar 60 % yaitu 600 gram gula
dilarutkan dalam 1 liter air. Air gula dipanaskan sampai mendidih lalu
didinginkan
- Kolang-kaling direndam dalam air gula yang sudah dingin selama beberapa hari
- Setiap hari air rendaman perlu dipanaskan lagi namun kolang-kaling
tidak ikut dipanaskan air gula yang sudah dipanaskan didinginkan kembali
untuk merendam kolang-kaling air gula agar kental.
KEMUNGKINAN PEMASARAN KOLANG-KALING
Kemungkinan pemasaran kolang-kaling cukup cerah malahan Indonesia
saat ini mengeksport kolang-kaling ke negara-negara lain disamping
dapoat memenuhi kebutuhan komsumsi dalam negeri produk ini juga dapat
meningkatkan pendapatan petani aren. Di bulan puasa harga kolang-kaling
lebih mahal jika dibanding dengan bulang-bulan lain.
Produk olahan kolang-kaling sudah banyak dipasarkan seperti ditoko-toko manisan atau warung.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan. Made dan Mita Wahyuni Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Jakarta : CV. Akademi Pressindo
Lutony, Tony Luaman. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta : Penebar Swadaya
Sunanto, hata. 1993. Aren Budi Daya dan Multigunanya. Yogyakarta : Kanisius.
Kolang Kaling
Di pasar dalam negeri, pada hari-hari biasa buah aren muda yang
cantik ini tidak begitu bersuara. Paling-paling hanya di temukan
beberapa potong dalam es teler, es buah dan skoteng. Dalam hukum pasar
yang amat rasional, permintaan rendah juga berkorelasi dengan hampir
ketiadaan nilai, jadi mohon dimaklumi bila tidak semua pemilik pohon
aren memaksimalkan buah ini secara ekonomi. Kalau tidak dijadikan bibit
paling-paling dibiarkan masak sebagai santapan musang. Dan kalaupun
musangnya punah karena di buru, ya dibiarkan rontok begitu saja ke bumi.
Tapi begitu mendekati dan memasuki bulan Ramadhan tiba-tiba pasar
menjadi putih oleh jejeran berpupuh-puluh ember dan bak plastik dengan
baunya yang khas. Sekarang semua orang membutuhkan kolang-kaling. Dengan
warna putih mengkilap, bentuk lonjong agak pipih, ada yang montok dan
ada pula yang kurus, kolang-kaling akan bertransformsi dari buah aren
yang tidak begitu berharga menjadi komoditi berbagai makanan seperti
manisan, dicampur dengan es buah, skoteng ataupun dijadikan kolak.
Memang kolang kaling sangat disukai orang Indonesia. Bahkan kolang
kaling yang dicampur dengan es buah dijumpai hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Cuma sayangnya, sebagian besar pemanfaatan buah ini baru
sampai disitu. Idealnya, selain untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,
kolang-kaling ini sangat layak dijadikan komoditas non migas yang
prospek untuk diekspor. Pasar dunia menggemari buah ini sebagai Toddy
Fruit.
Ohya, buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan yang
diperentarai angin atau serangga. Bentuknya yang bulat itu berdiameter
4-5 cm, di dalamnya berisi 3 buah biji, agak-agak mirip siung bawang
putih.
Untuk mengenal bagian-bagian dari buah aren maka saya contek dari buku:
(1) kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda dan
menjadi kuning setelah tua (masak), (2) daging buah, berwarna putih
kekuning-kuningan, (3) kulit biji berwarna kuning dan tipis pada waktu
masih muda, dan berwarna hitam dan keras setelah buah masak, dan (4)
endosperm berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan
lunak pada waktu buah masih muda, dan berwarna putih padat atau agak
keras pada waktu buah sudah masak.
Jadi yang kita santap sebagai buah kolang-kaling itu adalah endospermnya buah aren seperti tampak di foto di atas.
Salam sehat bersama Diva’s Gula Aren,
– Evi
Diva’s Arenga Palm Sugar
Natural Sugar for All Purpose Sweeteners
Camilan : Manisan Kolang-Kaling
Saat bulan puasa banyak makanan khas yg memang di pas-pas-in sama
moment berpuasa, misalnya timun suri dan manisan kolang-kaling.
Kolang-kaling jaman sekarang gede loh … ada yg sampe selebar sendok
makan, dan rasanya juga empuk, makannya jadi enggak sibuk dan enggak
ngotot. Jaman gw kecil, kolang-kaling paling segede jempol dan kurus2.
Mungkin sekarang varietas udah Unggul sehingga hasilnya maksimal.
Kalo gw makan manisan kolang-kaling bikinan nyokap, gw suka teringat
kisah lucu di masa kanak2. Waktu mengalaminya sih termasuk dalam kisah
sedih, tp setelah dewasa begini, jadi lucu kalo mengenangnya.
Waktu itu gw masih SD, mungkin kelas 3, koko gw kelas 6, dan adik gw
kelas 2. Kalo gak salah di bulan puasa kayak gini juga. Gw tinggal di
daerah Cawang 2. Di sebelah rumah gw ada gang, yg kalo disusuri bisa
sampe ke pinggir Sungai Ciliwung. Di sepanjang sungai itu banyak tanah
kosong yg ditanami pohon kecapi, pohon melinjo dan pohon aren. Nah pohon
aren inilah yg buahnya bisa dijadikan kolang-kaling.
Koko gw udah beberapa hari ngeliatin penduduk sekitar metik buah aren
dan mengolahnya menjadi kolang-kaling. Buah aren yg bentuknya kayak
kelapa kecil dipetik dengan tandannya, lalu dibakar sampai warnanya
hitam untuk menghilangkan bulu2 halus yg bikin gatal. Orang yg ngerjain
harus dibalur dengan minyak goreng supaya bulu2 halus itu enggak nempel
di tangan or badan. Setelah itu buah yg sudah hitam itu dibelah dan
dicongkel isinya, itulah si kolang-kaling. Supaya bisa dimakan,
kolang-kaling itu harus direbus dan dibuang matanya sebelum diolah
menjadi manisan atau kolak dll.
Di suatu siang yg cerah, pas gw bangun tidur siang, koko gw ngajakin
liat orang bikin kolang-kaling. Gw nurut aja, kebeneran nyokap gw lagi
ada tamu, jadi gw bisa kabur ke pinggir kali. Cuma ngeliatin doang gak
seru, pengen nyoba. Akhirnya koko gw minta satu tandan yg udah dibakar
utk dibawa pulang ke rumah, mau dikerjain di rumah. Jadilah kita seret2
itu tandan aren pulang ke rumah. Sampe di halaman rumah, bingung dan
takut ketahuan nyokap, krn tamunya belon pulang. Pas nyokap gw masuk ke
kamar utk ambil sesuatu, secepat kilat kita masuk ke rumah, langsung
menuju halaman belakang, tempat cuci dan jemur baju. Pembantu gw udah
mau lapor nyokap, tp berhasil kita bujukin, malah dia yg tukang pegangin
mangkok buat kolang-kaling.
Sebetulnya sejak nyeret2 tandan aren itu, kita udah mulai gatal2.
Udah dibalurin minyak kelapa sampe mengkilap kok masih gatal juga ya?
Ternyata krn tandan itu sisa2, jadi pembakarannya kurang sempurna,
sebagian masih belum hitam gosong. Tangan dan kaki mulai bentol 2 tebal,
warnanya merah dan berasa panas (sampe sekarang gw masih inget gimana
rasanya ….), makin digaruk makin gatal dan panas. Adik gw yg hanya
pegang2 dikit udah mulai kegatalan juga, sampe akhirnya menangis
meraung-raung dengan pilunya. Sedangkan gw sebagai asisten utama, udah
mulai meringis2 kesakitan. Koko gw si biang keladi dan penggagas utama,
masih semangat membelah dan congkelin kolang-kaling, walaupun tangannya
udah pada merah2. Ternyata membelah dan congkelin juga gak gampang loh,
golok, bendok, pisau kecil, pisau panjang udah keluar semua. Hasilnya
hanya semangkok kecil kolang-kaling, itupun bentuknya enggak
karu-karuan, gak simetris, somplak-somplak, gak menarik utk dilihat,
apalagi utk dimakan.
Mendengar suara tangisan adik gw dan pembantu yg marah2in kita,
akhirnya nyokap gw muncul. Rupanya waktu kita nyeret2 tandan aren itu,
nyokap udah ngeliat, tp dibiarin aja, spy kita belajar dari pengalaman.
Boro2 dikasihani, gw dan koko gw malah disabetin pake kemoceng (bulu
ayam), sakitnya minta ampun. Adik gw kagak disabet, soalnya tangisannya
kali yg bikin kasihan. Abis itu kita langsung disuruh mandi dan
diborehin minyak gosok, segala macam minyak ditumpahin ke sekujur badan.
Badan gw langsung panas — krn gatal dan krn macam2 minyak borehan,
perih banget rasanya.
Gimana nasib semangkok kolang-kaling yg dg susah payah dicongkelin? Dibuang tanpa ampun.
Besoknya nyokap gw beli kolang-kaling satu baskom gede. Makan deh tuh
kolang-kaling ….. Sebenernya bukan krn kepengen makan kolang-kaling,
tapi hanya ingin cobain bikinnya ….
Rgds,
Lucy
Tanggamus – Persediaan Kolang-Kaling Kian Merosot
KOTAAGUNG (Lampost): Persediaan kolang-kaling, yang biasa digunakan
untuk bahan campuran minuman saat berbuka puasa, di Pasar Kotaagung,
Kabupaten Tanggamus, merosot tajam dibanding tahun lalu.
Sejumlah bakul kolang-kaling di Pasar Kotaagung, Kamis (4-9),
mengakui sulitnya mendapat pasokan kolang-kaling pada bulan puasa tahun
ini. “Saya juga tidak tahu apa penyebabnya, bisa karena semakin
sedikitnya pohon aren yang ada, karena ditebang dan diganti tanaman
kakao. Bisa juga, para petani tidak sempat ngolah kolang-kaling karena
bersamaan dengan musim kopi, kakao, dan masa panen di sawah,” kata Asih,
salah seorang pedagang kolang-kaling di Pasar Kotaagung.
Umumnya, pedagang menjual kolang-kaling selama bulan Ramadan.
Sedangkan pada hari-hari biasa di luar bulan Ramadan, mereka berdagang
sayuran di Pasar Kotaagung.
Sedikitnya pasokan kolang-kaling ke Pasar Kotaagung, membuat harga
bahan campuran minuman saat berbuka puasa ini cukup tinggi, yaitu
Rp7.000/kg atau lebih mahal Rp3.000 dibanding harga pada Ramadan tahun
sebelumnya.
“Saya kaget betul saat tahu harga kolang-kaling mencapai Rp7.000/kg,
padahal bulan puasa tahun lalu hanya Rp4.000 bahkan Rp3.000/kg. Tetapi
karena sudah menjadi tradisi, dan butuh buat bahan campuran minuman ya
dibeli juga,” kata Susi, warga Pekon Talangrejo, Kecamatan Kotaagung
Timur, saat membeli kolang-kaling di Pasar Kotaagung, Kamis (4-9).
Kolang-kaling dikenal juga dengan nama buah atap berasal dari tanaman
aren. Kolang-kaling biasanya dijadikan buah cemilan (manisan), kolak,
atau bahan campuran minuman saat bulan puasa.
Buahnya kenyal berbentuk lonjong dan berwarna putih transparan dan
mempunyai rasa yang menyegarkan. Kolang-kaling dibuat dari biji pohon
aren (Arenga pinnata) yang berbentuk pipih dan bergetah.
Kolang-kaling di sejumlah pasar di Kabupaten Tanggamus biasanya
berasal dari sejumlah wilayah, seperti Ulubelu, Wonosobo, Limau,
Kelumbayan, Cukuhbalak, Pematangsawa, Semaka, dan Kotaagung.
Untuk membuat kolang-kaling, para petani biasanya membakar buah aren
sampai hangus, kemudian diambil bijinya untuk direbus selama beberapa
jam. Biji yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan
air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan.
Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, hingga mencapai 93,8%
dalam setiap 100 gram. Kolang-kaling juga mengandung 0,69 gram protein,
4 gram karbohidrat, serta kadar abu sekitar 1 gram dan serat kasar 0,95
gram.
Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengonsumsi kolang-kaling juga membantu memperlancar kerja saluran pencernaan manusia.
Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang-kaling bisa memberikan
rasa kenyang bagi orang yang mengonsumsinya, selain itu juga
menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi
menurun, sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan diet. n UTI/D-2
Kolang-Kaling Penyeimbang Menu Berlemak
Sumber: SENIOR, Tuesday, 25 Oct 2005 10:21:26 WIB
Di hari Lebaran, kolang-kaling bisa jadi hidangan yang menawarkan
warna dan rasa berbeda. Selain menyegarkan, manisannya mudah dibuat dan
kaya serat. Jadi, bisa mengimbangi hidangan Idul Firi, yang umumnya
tinggi lemak.
Apa hidangan andalan keluarga Anda di hari Idul Fitri? Opor ayam,
ketupat, dan aneka kue, tampaknya sudah rutin Nadir di meja makan.
Hidangan tersebut sudah dapat dipastikan juga hadir di meja makan
tetangga dan kerabat Anda.
Bila Anda ingin tampil beda pada Lebaran tahun ini, buat saja manisan
kolang-kaling. Caranya sangat mudah. Dengan mengikuti petunjuk pada
tulisan, ini, Anda akan menghasilkan suatu karya seni yang sangat
kreatif dan lezat rasanya. Bersiap-siaplah siap-siaplah menerima pujian
dart tamu yang Nadir, termasuk dari anggota keluarga Anda sendiri.
Kolang-kaling disukai karena teksturnya yang kenyal, sedikit lebih
keras dari sari kelapa (nata de coco). Rasa kenyal yang sangat khas
tersebut memberikan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang
mencicipinya. Selain manisan, kolang-kaling juga dimanfaatkan sebagai
bahan pencampur minuman dingin (es campur atau es shop), sekoteng,
kolak, buah kaleng, salad, dan makanan ringan lainnya.
Di bulan puasa atau menjelang hari raya, permintaan kolangkaling
meningkat tajam, sehingga harganya jadi agak mahal. Olahan kolang-kaling
dalam bentuk tuk manisan juga digemari orang asing, sehingga jika
ditangani dengan baik niscaya dapat dijadikan mata dagangan ekspor ke
manca negara.
Konon selama perang Vietnam berlangsung, tentara Amerika gemar mengonsumsi kolangkaling yang diawetkan di dalam kaleng.
Tanamn Aren
Pohon aren atau enau merupakan tanaman tahunan yang berumur panjang,
sehingga dapat climanfaatkan setiap saat, tanpa tergantung musim. Nama
Latin dari tanaman ini adalah Arenga piruiata MERR yang merupakan salah
satu anggota famili Falmaceae.
Menurut sejarahnya, tanaman ini berasal dari Asia Tenggara. Tanaman
ini tersebar luas di berbagai negara tropis, seperti Laos, Filipina,
Malaysia, Pantai Timur India, Kamboja, Bangladesh, Vietnam, Birma, Sri
Lanka, dan Indonesia.
Di Indonesia, tanaman aren sejak lama sudah dikenal di seluruh
wilayah. Hal ini terbukti dari banyaknya nama daerah yang digunakan
untuk menyebut tanaman ini. Heyne pada tahun 1950 mencatat sekitar 150
nama daerah.
Umumnya pohon aren tumbuh secara liar, tanpa upaya pembudidayaan.
Hambatan utama dalam membudidayakan tanaman ini adalah lamanya waktu
perkecambahan biji, akibat kulitnya yang keras dan tebal.
Di beberapa daerah di Indonesia, ada penduduk yang dengan sengaja
menanam pohon areri dengan cara memindahkan anakan yang berasal dari
sekitar tanaman induknya atau yang berasal dart buah aren yang
disebarkan oleh musang, babi hutan, monyet, dan sebagainya. Hewan
tersebut tidak dapat mencerna buah aren dengan baik, sehingga keluar
bersama fesesnya dalam bentuk yang masih utuh. Jika lingkungan
memungkinkan, biji tersebut akan berkecambah dan tumbuh subur menjadi
tanaman aren.
Serba Guna
Tanaman aren merupakan pohon serba guna karena hampir seluruh bagiannya
dapat dimanfaatkan untuk berbagal keperluan. Akarnya dapat digtunakan
sebagai pembuat cambuk dan anyaman; belahan batangnya untuk saluran air,
wuwungan atap, tongkat, atau galar-galar.
Umbutnya enak dimakan sebagai sayuran; lidi untuk sapu dan keranjang;
daun muda untuk pembungkus rokok; ijuk untuk tali, sapu, atap dan
sikat; empulur batangnya dapat diolah menjadi sagu. Niranya dapat diolah
menjadi gula merah, tuak dan cuka; sedangkan bijinya dapat diolah
menjadi kolang-kaling yang lezat.
Walaupun sama-sama dapat menghasilkan sagu. tanaman aren berbeda
dengan tanaman sagu. Tanaman sagu membentuk rumpun, sedangkan arena
tidak. Aren mempunyai banyak ijuk hitam yang menutupi seluruh batangnya,
sedangkan pada sagu hanya di pinggiran pelepah daunnya.
Tanaman aren termasuk berumah satu, yaitu memiliki bunga betina dan bunga jantan dalam satu pohon yang sama.
Bunga aren merupakan monocious-unisexual, artinya bunga jantan dan
bunga betinanya terpisah pada masing-masing tandan, dengan rangkaian
bunga yang menggantung.
Bunga aren tumbuh secara basifetal, yaitu bunga yang paling awal
tumbuh (paling tua) akan terletak di dekat batang. Bunga yang lebih muda
akan tumbuh pada ruas berikutnya menuju ke arch ujung bawah.
Bunga jantan biasanya dimanfaatkan sebagai sumber nira (amok
pembuatan gala merah), sedangkan bunga betina dibiarkan tumbuh terus
menjadi buah. Dan buah inilah nantinya diperoleh kolang-kaling.
Buah aren dalam jumlah banyak bergantung pada tandan yang bercabang
dengan panjang sekitar 90 cm Dalam satu pohon bisa terdapat 4 sampai 5
tandan buah, masing-masing dapat mencapai berat sekitar 100 kg.
Buah aren berbentuk segitiga atau bulat lonjong. Kulit buah ketika
masih muda berwarna hijau tua atau hijau kebiruan. Saat tua berwarna
kuning atau kuning kecokelatan. Daging buah berwarna kuning keputihan
dan lunak, dapat menimbulkan rasa gatal jika mengenai kulit karena
mengandung kristal kalsium oksalat yang berbentuk janzm.
Di dalam daging buah terdapat biji berukuran cukup besar, kenyal, dan
berwarna putih. Biji yang masih muda menyerupai tulang rawan, kemudian
berubah menjadi berwarna abu-abu putih dan mengeras setelah tua. Pada
setiap buah aren, umumnya terdapat tiga buah biji dengan ukuran panjang
antara 2,5 – 3,5 cm dan lebar 2,0 – 2,5 cm
Cara Mendapatkan
Buah aren yang baik untuk diolah menjadi kolang kaling adalah buah
setengah matang yang berumur sekitar 1 sampai 1,5 tahun atau lebih. Buah
yang terlalu muda akan menghasilkar kolang-kaling yang sangat lunak
sedangkan yang terlalu tua akar menghasilkan kolang-kaling yan; terlalu
keras dan berserat.
Pemanenan buah dari pohonnya dapat dilakukan dengan cara mengikat
tandan buah dengan.tali, kemudian tangkai buah dipotong dengan golok .
sehingga tandan buah menggantung. Dengan cara mengulu tali pengikat,
buah akan turun perlahan-lahan menyentuh tanah.
Buah yang telah dipanen selanjutnya dibakar di tengah tumpukan kayu
kering, sampai kulit buah hangus. Pembakaran ini dimaksudkan untuk
memudahkan pelepasan biji clan menghancurkan kristal-kristal kalsiun
oksalat yang dapat menimbulkan rasa gatal pada kulit.
Cara lain untuk memperoleh kolang-kaling adalah dengan merebus buah
aren di dalam drum. Perebusan dilakukan sampai warna buah berubah dari
hijau tua menjadi hijau pucat kekuning-kuningan. Biji dapat diperoleh
dengan cara mengupas bagian kulitnya menggunakan pisau.
Biji yang diperoleh kemudian ditumbuk dengan batu sampai pipih,
selanjutnya dicuci dan direndam di dalam air bersih selama beberapa hari
(3 sampai 4 hari) supaya mengembang. Setelah itu kolang-kaling dicuci
kembali dengan air bersih clan siap untuk dimakan atau dipasarkan.
Komposisi gizi kolang-kaling tergantung kepada proses pengolahannya, yaitu secara perebusan atau pembakaran.
Sumber: Senior
sumber : http://arenindonesia.wordpress.com/