Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Mendapatkan Lailatul Qadar menjadi
dambaan insan beriman, karena di dalamnya Allah turunkan rahmat dan
keberkahan. Amal-amal ibadah dan shaleh yang dikerjakan di dalamnya,
nilainya lebih baik daripada amal-amal tersebut dikerjakan selama seribu
bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.
Di Lailatul Qadar tersebut, para
malaikat turun ke bumi. Ada yang mengatakan mereka turun dengan membawa
rahmat, keberkahan dan ketentraman bagi manusia. Ada yang berpendapat,
mereka turun membawa semua urusan yang ditetapkan dan ditakdirkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk masa satu tahun. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا
مُرْسِلِينَ
"Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,
(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang
mengutus rasul-rasul." (QS. Al-Dukhan: 3-5)
Pada malam itu keamaan dan keselamatan
menyatu dalam diri orang-orang beriman, dan mereka mendapatkan salam
terus menerus dari para Malaikat. Para ahli ibadah merasakan ketentraman
hati, lapangnya dada, dan lezatnya beribadah di malam istimewa itu yang
tak pernah di dapatkan pada malam-malam selainnya.
Lailatul Qadar adalah malam yang
terbebas dari keburukan dan kerusakan. Pada malam itu pula banyak
dilaksanakan ketaatan dan perbuatan baik. Pada malam itu penuh dengan
keselamatan dari adzab. Sedangkan syetan tidak bisa menggoda sebagaimana
keberhasilannya pada selain malam itu, maka malam itu seluruhnya berisi
keselamatan dan kesejahteraan. Firman Allah Ta'ala:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 5)
Kapankah Lailatul Qadar itu?
Tidak diragukan lagi, Lailatul Qadar terdapat pada bulan Ramadhan, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadar: 1)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Al-Hafidh Ibnul Hajar rahimahullah mengatakan
tentang penentuan malamnya, "Para ulama berselisih pendapat dalam
menentukan Lailatul Qadar dengan perbedaan yang sangat banyak. Setelah
kami himpun, ternyata pendapat mereka mencapai lebih dari empat puluh
pendapat." Kemudian beliau rahimahullah satu persatu dari pendapat tersebut beserta dalil-dalilnya. (Lihat Fathul Baari: IV/309)
Mayoritas ulama berpendapat, Lailatul
Qadar terdapat pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan,
berdasarkan hadits 'Asiyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
Dari sepuluh hari terakhir itu,
mayoritas ulama mengerucutkan pendapatnya pada malam-malam ganjilnya.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)
Demikian juga banyak dari mereka
berpendapat, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27 Ramadhan. Ini adalah
pendapat sebagian sahabat, seperti Ubay bin Ka'ab yang beliau sampai
berani memastikan dan bersumpah bahwa Lailatul Qadar ada pada malam ke
27, ia berkata:
وَاللَّهِ
إِنِّي لَأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِي هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا
هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
"Demi Allah, sunguh aku
mengetahuinya dan kebanyakan pengetahuanku bahwa dia adalah malam yang
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam perintahkan kami untuk bangun
(shalat) padanya, yaitu malam ke 27." (HR. Muslim, no. 762)
Dan dalam hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda tentang Lailatul Qadar,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
"Lailatul Qadar adalah malam ke dua puluh tujuh." (HR. Abu Dawud)
Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih
Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap pendapat-pendapat tentang
Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat
pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah
di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke 27 saja.
Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27,
ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua
tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan:
إِنِّي
أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا
فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي
أُرِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ
"Sungguh aku telah diperlihatkan
Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah
Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya.
Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur."
Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)
Demikian kumpulan hadits yang
menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai
ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203)
. . . Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. . .
syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram
(Ta'liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling
rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di
sepuluh hari terakhir. Ia bisa berpindah-pindah, terkadang di malam ke
21, terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang
pada malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan
terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam
hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan
sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23,
maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan
orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka
sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang
banyak dalam penetapannya."
Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar
Keberadaan Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
dengan hikmah yang dikehendaki-Nya. Yaitu (boleh jadi) agar para hamba
bersungguh-sungguh beribadah di setiap malam, dengan harapan agar
mendapatkan Lailatul Qadar. Bagi siapa yang meyakini bahwa Lailatul
Qadar ada pada malam tertentu, maka ia akan menghidupkan malam tersebut
dengan ibadah. Dan bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan
malam tersebut, hendaknya ia mencurahkan semua waktunya untuk beribadah
kepada-Nya sepanjang bulan Ramadhan sebagai bentuk syukur kepada-Nya dan
membenarkan janji-Nya. Insya Allah, inilah hikmah utama dirahasiakannya
Lailatul Qadar. Dan inilah yang disyaratkan dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
خَرَجْتُ
لِأُخْبِرَكُمْ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِنَّهَا رُفِعَتْ وَعَسَى
أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ
وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
"Sesungguhnya aku telah keluar
untuk memberitahu kepada kalian (kapan Lailatul Qadar itu). Tetapi (di
tengah jalan) aku bertemu dengan fulan dan fulan yang sedang bertengkar,
sehingga aku terlupa kapan malam itu. Semoga ini lebih baik bagi
kalian. Oleh karena itu, carilah malam tersebut pada (malam) kesembilan,
ketujuh, dan kelima (dari sepuluh hari terakhir)." (HR. al-Bukhari)
Bagaimana Seorang Muslim Mencari Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar adalah malam kebaikan,
yang kebaikan di dalamnya tak bisa didapatkan pada malam selainnya. Maka
siapa yang terhalang dari mendapatkan kebaikan di dalamnya, berarti ia
telah terhalang mendapatkan semua kebaikan. Dan tidak terhalang dari
mendapatkan kebaikannya, kecuali orang yang diharamkan dirinya dari
kebaikan. Oleh karena, itu sudah sewajarnya seorang muslim menghidupkan
malam tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan
kepada Allah dengan maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan
kepada iman dan berharap pahala kepada Allah. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat
malam di bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan
mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesungguhan dalam mencari Lailatul Qadar ini telah dimulai sendiri oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang mengabarkan hadits di atas. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha yang berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh (pad sepuluh hari terakhir) yang tidak biasa beliau lakukan pada malam-malam sebelumnya." (HR. Muslim)
Hendaknya seorang muslim memperbanyak
shalat, tilawatul Qur'an, shadaqah, dzikir dan doa di dalamnya.
Dianjurkan juga untuk menjauhi istri untuk memaksimalkan ibadah di malam
itu, serta membangunkan keluarganya untuk ikut menghidupkan malam
kemuliaan tersebut. Dikabarkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha,
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ -
أَيْ الْعَشْرُ الْأَخِيرَةُ مِنْ رَمَضَانَ - شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا
لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
"Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, apabila sudah masuk sepuluh –maksudnya sepuluh hari terakhir
Ramadhan- beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya,
dan membangunkan keluarganya." (Muttafaq 'alaih)
. . . Hendaknya seorang muslim memperbanyak shalat, tilawatul Qur'an, shadaqah, dzikir dan doa pada Lailatul Qadar. . .
Apa Doa yang Dipanjatkan Pada Malam Itu?
Dianjurkan untuk membanyak doa pada
malam yang agung ini, Lailatul Qadar. Doa apa saja yang mengandung
kebaikan dunia dan akhirat, dianjurkan untuk dimunajatkan kepada Allah
di malam itu, karena ia termasuk waktu mustajab. Dan di antara doa
khusus yang disyariatkan untuk dibaca di dalamnya adalah apa yang
diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca?" Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, "Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku." (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Imam al-Tirmidzi dan al-Hakim menshahihkannya)
Penutup
Insan beriman pasti meyakini setiap kabar berita yang disampaikan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Keyakinan tersebut tidak hanya pada pembenaran, tapi ia realisasikan
dalam bentuk tunduk dan taat kepada petunjuk ekduanya. Begitu juga
terhadap kabar berita tentang Lailatul Qadar, sebagai bentuk
pembenarannya, ia bersungguh-sungguh menghidupakannya agar mendapatkan
janji-janji baik di dalamnya.
Lailatul Qadar merupakan anugerah dari
Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Itu diberikan agar mereka
bisa mengejar ketertinggalan dari pahala-pahala dan kebaikan yang luput
darinya, dan juga untuk menghapus kesalahan dan dosa-dosa dalam
perjalanan hidupnya. Allah sayang kepada kita, hamba-Nya yang beriman,
akankah kita juga sayang kepada diri kita sendiri dengan memanfaatkan
malam yang mulia itu? Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
oleh : Badrut Tamam
sumber : http://www.voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar