Tidak
semua orang tahu apa sebenarnya yang ada di dalam ka’bah, sebab hanya
orang-orang penting seperti presiden sebuah negara yang berhak untuk
memasukinya. Itu pun karena menjadi tamu raja di negara itu.
Kalo
dari Indonesia sendiri, mantan Presiden Soeharto dan rombongan konon
malah pernah diberi kehormatan untuk masuk ke dalamnya.
Nah gambar
di bawah ini, diambil pada salah satu momentum di mana ada tamu negara
yang diberi kehormatan untuk memasukinya. Dan barangkali gambar ini
diambil diam-diam oleh tamu itu.
Karena secara resmi petugas
masjid Al-Haram mengharamkan pemotretan di lokasi masjid, apalagi kalau
sampai di dalam ka’bah. Sebagian kalangan juga membenarkan foto ini
lantaran serupa dengan gambar denah yang diterbitkan resmi oleh
kerajaan.
Berikut ini adalah foto-foto yang memperlihatkan isi ka’bah pada saat ini.
Coba
anda bandingkan antara keduanya, mempunyai persamaan khususnya pada
bagian dinding keramik yang berwarna hijau, hal itu membuktikan bahwa
foto ini valid.
Mulai
dari sebelah kiri pintu Ka’bah adalah Multazam (antara pintu Ka’bah dan
Hajarul Aswad). Sebelah kanan dari pintu terdapat kotak dari marmer
tempat menyimpan alat keperluan kebersihan di dalam Ka’bah.
Di
tengah–tengah Ka’bah agak meninggi terdapat 3 buah tiang penyangga yg
terbuat dari kayu dan yang dikenal dengan “Tiang Abdullah bin Zubair“.
Dinamakan
demikian karena Allah SWT telah memberikan kemuliaan kepada beliau,
sebagai pembuat tiang penyangga pada atap Ka’bah itu untuk menghindari
kerobohannya.
Sebelah Utara dari Ka’bah terdapat pintu kecil yang dinamakan “Pintu Taubah”. Itu adalah sebuah tanda dari keteguhan.
Pintu
Taubah ini terbuat dari kayu pilihan yang dilapisi dengan Emas dan
Perak yang terukir dan dilapisi juga dengan kaca yang tebal sampai atap
Ka’bah.
Pada dinding sebelah Barat yang berhadapan dengan pintu
Ka’bah digantungkan 9 Pigura yang terbuat dari Marmer dan bertuliskan
nama-nama Penguasa-penguasa atau Khalifah yang telah memperbaiki dan
memperbarui Ka’bah yang agung. Kesemuanya tulisan itu tertulis setelah
Abad 6H.
Pada
dinding Timur antara pintu Ka’bah dan pintu Taubah diletakkan
keterangan tentang perbaikan yang dilakukan oleh Raja Fahd pada tahun
1419H setelah perbaikan terakhir pada zaman Sultan Murod IV dari
Utsmaniah pada tahun 1040H.
Sisi-sisi Ka’bah yang empat dilapisi
dengan Marmer putih setinggi 2 Meter dan diatasnya ditutupi dengan
hordeng warna merah dan pink, yang terbuat dari bahan kain Sutera yang
bertuliskan “Syahadatain “ dan Asma ul-Husna dalam bentuk angka 8 atau 7
Arab berselang-seling. Hadiah dari Raja Fahd.
Diantara tiga tiang
yang ditengah (Tiang Abdullah bin Zubair) ada tempat untuk meletakkan
barang yang terbuat dari Perak murni untuk menyimpan barang, seperti
antara lain : Teko-teko, Pajangan, dan barang-barang bersejarah lainnya
yang terbuat dari Emas dan Perak yang telah berusia puluhan bahkan
ratusan tahun yang lewat sebagai hadiah-hadiah dari Raja-raja, Khalifah
dan para Sultan kepada Ka’bah sebagai pendekatan dan pengabdian kepada
Rabb yang Esa untuk mencari ridho Nya.
Pencucian Ka`bah biasanya
dilakukan dua kali setiap tahun yakni pada pertengahan bulan Sya`ban
sebagai persiapan menghadapi musim Umrah pada bulan Ramadhan, dan
pertengahan Dzulqa`idah sebagai persiapan menyambut jamaah haji.
Ka`bah
biasanya dicuci dengan air zamzam yang dicampur dengan mawar Thaif dan
anbar, sedangkan dindingnya diharumkan dengan parfum misik.
Nizar
As-Syaibi, putra tertua keluarga pengurus Masjidil Haram Syeikh Abdul
Aziz As-Syaibi, menyebutkan pencucian Ka`bah merupakan tradisi yang
disunnahkan namun tidak harus dilakukan pada waktu tertentu.
Secara
historis, Rasulullah pernah sekali mencuci Ka`bah pada bulan Sya`ban
ketika beliau kembali ke Mekkah dalam peristiwa “Fathu Mekkah”, setelah
beliau membersihkannya dari patung-patung sesembahan yang berada di
dalam maupun di sekitar Ka`bah.
Sejak
saat itu, pencucian Ka`bah menjadi sesuatu yang disunnahkan namun tidak
ada waktu tertentu yang dianggap paling utama untuk melakukannya.
Ritual ini adalah bentuk penghormatan terhadap Ka`bah, khususnya saat
sebelum Umrah dan setelah haji.
Tujuan inilah yang paling utama
ketimbang sekadar membersihkannya. Pada saat pencucian pun, pintu Ka`bah
tetap tertutup. Pencucian ini tidak lebih dari sekadar membersihkan
debu yang menempel di dinding Ka`bah.
sumber : http://gugling.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar