Label

Jumat, 20 April 2012

Metode Langsung (Direct Method) & Metode Alamiah (Natural Method) dalam pembelajaran Bahasa Arab

A.     Metode Langsung (Direct Method)
Direct artinya langsung. Direct method atau metode langsung yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran Bahasa Asing dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa  anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata- kata yang sulit dimengerti anak didik, guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasiakan, menggambarkan dan lain- lain. 
Metode ini lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode nahwu wa tarjamah yang mengajarkan bahasa seperti bahasa yang mati. Dan sebelumnya sejak tahun 1850 telah banyak muncul propaganda yang mengampanyekan agar menjadikan pengajaran bahasa asing itu hidup, menyenangkan dan efektif. Propaganda ini menuntut adanya perubahan yang mendasar dalam metode pengajaran bahasa asing. Sehingga secara cepat lahirlah metode pembelajaran baru yang disebut dengan metode langsung.
Dalam metode ini selama mengajar guru berlangsung menggunakan bahasa yang diajarkan, sedangkan bahasa pelajar tidak boleh digunakan. Langkah-langkah pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode langsung, yaitu: memilih topic yang sesuai dengan taraf kemampuan peserta didik.Kemudian guru mengucapkan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik dengan menggunakan alat peraga bila diperluka (Ibrasyi, 1955:264).Hal ini sesuai dengan Yusuf (1997:193) yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab perlu dipersiapkan materi dengan baik dan ditetapkan topic pembahasan. Materi disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik,dan dimulai dengan kata-kata yang dapat dimengerti anak didik. Yusuf, 1997:193).Lebih lanjut Ahmad Fauzi (1998:14). Mengatakan bahwa dalam mengajarkan bahasa Arab dengan menggunakan metode langsung perlu dijelaskan dengan menggunakan alat peraga, sedangkan arti yang abstrak dijelaskan melalui asosiasi. Dansejak permulaan peserta didik dilatih cara berfikir menurut bahasa yang diajarkan.Demikian juga latihan mendengar dan meniru banyak diberikan agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.
Metode ini berpijak dari pemahaman, pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti atau ilmu alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus- rumus tertentu, berpikir dan mengingat, dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktik langsung mengucapkan kata- kata atau kalimat- kalimat tertentu. Sekalipun kata- kata atau kalimat tersebut mula- mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata- kata dan kalimat- kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula artinya.
Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang  ibu mengajar bahasa kepada anak- anaknya mula- mula dengan melatih anak- anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat, dan anaknya menurutinya meskipun kita lihat terasa lucu. Misalnya ibunya mengajari “ ayah” maka  anaknya menyebutnya “ aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata- kata itu dan akhirnya ia mengerti pula tentang maksudnya.
Pada prisnipnya, metode langsung ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu(bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terihat sulit anak didik untuk menirukannya, tapi metode ini menarik bagi anak didik. 

Ciri- ciri metode ini antara lain :
  • Tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
  • Hendaklah pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan bahasa Arab tidak menggunakan lain sebagai medianya.
  • Percakapan antar individu merupakan bentuk pertama dan yang umum untuk digunakan dalam masyarakat, sehingga pada awal pembelajaran bahasa Arab hendaknya percakapan mereka menggunakan kosakata dan susunan kalimat sesuai dengan maksud dan tujuan belajar siswa.
  • Diawal pembelajaran siswa dikondisikan untuk mendengarkan kalimat- kalimat sempurna dan mempunyai makna yang jelas, sehingga siswa mampu dan mudah memahaminya.
  • Nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan  disela- sela penggunaan ungkapan- ungkapan bahasa dan kalimat- kalimat yang muncul dalam percakapan.
  • Teks arab tidak disajikan kepada siswa sebelum mereka mengenal suara, kosakata serta susunan yang ada didalamnya. Dan juga siswa tidak menulis teks Arab sebelum mereka bisa membaca dengan baik serta memahaminya.
  • Penerjemahan dari dan ke bahasa Arab adalah sesuatu yang harus dihindari dalam metode ini, sehingga tidak dibenarkan menerjemahkan bahasa Arab dengan bahasa apapun.
  • Pengembangan ketrampilan kognitif siswa seperti kemampuan analogis dan analisis merupakan hal yang tidak boleh menyibukkan perhatian pemakai model ini.
  • Penjelasan kata- kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab dengan berbagai model, seperti syarhul al- makna, murodif (sinonim) atau memakai mudladad (antonim) atau dengan syiaq yang lain.
  • Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan untuk latihan bahasa , seperti imla’, mengulang cerita atau mengarang bebas.
  • Perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara dibandingkan pada aspek yang lain.
  • Materi pelajaran pertama- tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat.
  • Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghapal rumus- rumus gramatika, tapi yang utama adalah siswa mampu mengucapkan bahasa asing secara baik.
  • Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik alat peraga langsung, tidak langsung (benda tiruan) maupun peragaan melalui symbol- symbol atau gerakan- gerakan tertentu.
  • Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar- benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap- cakap dalam bahsa asing dan dilarang menggunakan bahasa lain.
  • Materi pelajaran terdiri dari kata- kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari- hari.
  • Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan cara menghafal aturan- aturan gramatika.
  • Arti yang konkrit diajarkan dengan menggunakan benda- benda sedangkan arti yang abstrak melalui asosiasi
  • Banyak latihan- latihan mendengar dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.
  • Aktivitas belajar banyak dilakukan di dalam kelas.
  • Bacaan mula- mula diberikan secara lisan.
  • Sejak permulaan murid dilatih untuk “berfikir dalam bahasa asing”.
  • Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara tanya jawab dengan guru/ sesamanya.
  • Materi qiroah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung didalam bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
Metode langsung dilihat dari segi efektifitasnya memiliki keunggulan antara lain :
Siswa termotivasi untuk dapat menyebut dan mengerti kata- kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam- macam media yang menyenangkan.
Karena metode ini biasanya guru mula- mula mengajarkan kata- kata dan kalimat- kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui siswa dalam bahasa sehari- hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dll), siswa dapat dengan mudah menangkap symbol- symbol bahasa asing yang diajarkan gurunya.
Metode ini relative banyak menggunakan berbagai macam alat peraga, apakah video film, kaset, dan berbagai media / alat peraga yang dibuat sendiri. Metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/ tertarik, pelajaran terasa tidak sulit.
Siswa memperoleh pengalaman langsung dan praktis, sekalipun mula- mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya.
Alat ucap(lidah) siswa/ anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan- ucapan yang semula sering terdengar dan terucap
Lebih mengutamakan ketrampilan kalam.
Menjauhi penggunaan terjamah dalam pembelajaran bahasa Arab.
Bahasa ibu tidak memiliki tempat dalam pembelajaran bahasa Arab
Menggabungkan secara langsung antara kata- kata dengan apa yang dimaksud dengan kata- kata tersebut.
Tidak menggunakan hukum- hukum nahwu.
Menggunakan prinsip menirukan dan menghafal.
Mempersiapkan pengetahuan bahasa yang bermanfaat bagi ujaran dalam konteks.
Cocok dan sesuai bagi tingkat- tingkat linguistic para siswa.
Beberapa penampilan dan pajangan bagi tuntunan spontan.
Namun demikian metode langsung memiliki kekurangan- kekurangan didalamnya yaitu :
Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dongkol karena kata- kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjemahkan kedalam bahasa anak.
Pada tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata- kata) yang sudah dimengerti.
Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari- hari dalam menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten demikian,guru terpaksa misalnya menerjemahkan kata- kata sulit bahasa asing itu kedalam bahasa anak didik
Penguasaan bahasa yang sempurna biasanya sukar bisa dicapai.
Sukar sekali diterapkan pada kelas yang besar.
Memerlukan pengajaran yang memiliki kemampuan aktif dalam bahasa asing yang diajarkan.
Dengan menggunakan hanya bahasa asing kerapkali banyak waktu terbuang, sebab bahasa ibu kadang lebih efektif dipakai untuk menjelaskan berbagai macam aspek bahasa.
Metode ini lebih mementingkan ketrampilan kalam dibandingkan ketrampilan yang lain.
Karena tidak menggunakan bahasa ibu maka memerlukan lebih banyak keseriusan sehingga banyak waktu terbuang.
Seorang pengajar tidak boleh melakukan kesalahan nahwiyah dalam menyusun kalimat.
Sangat membutuhkan guru yang terampil dan fasih.
Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menarik dan bersifat situasi didalam kelas.
Contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode mubasyarah adalah sebagai berikut:
§ Pertama            : guru membuka pelajaran dengan langsung berbbicara dengan bahasa Arab, mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan dengan bahasa Arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan- pertanyaan dan sesekali memberi perintah.
§ Kedua              : pelajaran berkembang diseputar sebuah gambar yang menjadi untuk mengajarkan mufradat (kosakata). Berbagai tindakan dan obyek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang dalam gambar. Guru mendemontrasikan konsep yang belum jelas (abstrak) dengan cara mengulang- ulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi kata- kata dan ungkapan- ungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
§ Ketiga              :  setelah mufradat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara yang keras. Guru membawa contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dalam bahasa Arab dan harus dijawab oleh siswa dengan bahasa Arab pula. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang penjelasan dengan singkat dengan bahasa Arab dan siswa mencatat.
§ Keempat           :   Pelajaran bisa diakhiri dengan bernyanyi bersama
Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun karena siswa mermasa memiliki bahan untuk bercakap/ berkomunitas, sanksi- sanksi dapat diterapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa sehari- hari.
Media bashariyah (media pandang/ visual)
Media bashariyah (media pandang/ visual) dapat berupa alat peraga, yaitu benda- benda alamiyah, orang dan kejadian, tiruan benda- benda alamiah, orang dan kejadian, dan gambar benda- benda alamiah, orang dan kejadian.
Benda- benda alamiah yang dapat dihadirkan dengan mudah ke sekolah atau dapat ditunjuk langsung merupakan media pandang yang cukup efektif untuk digunakan, misalnya alat- alat sekolah, alat olahraga, dan benda- benda sekitar sekolah. Jika benda alamiah tidak mungkin dihadirkan maka dapat diganti dengan tiruannya yang sekarang ini cukup mudah didapatkan, misalnya buah- buahan dari plastic, mobil- mobilan, perkakas rumah tangga, baik gambar sederhana maupun gambar hasil peralatan mutakhirnya.
Media pandang lainnya adalah kartu dengan segala bentuknya, yang meliputi:
1) Kartu huruf
2) Kartu kata
3) Kartu kalimat
4) Kartu gambar.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, benda- benda tiruan dan gambar merupakan media yang cukup efektif untuk digunakan, terutama untuk pengenalan mufradat dan pola kalimat. Benda- benda dan gambar itu dapat diletakkan disudut- sudut ruangan atau ditempel di dinding sebagai pajangan. Jika anak telah dapat membaca, dibawah setiap gambar atau barang tiruan itu dapat disertakan namanya dengan bahasa Arab.
B.     Metode Alamiah (Natural Method)
Metode Alamiah (Natural Method) disebut demikian karena dalam proses belajar, siswa dibawa ke alam seperti halnya pelajaran bahasa ibu sendiri. Dalam pelaksanakannya, metode ini tidak jauh berbeda dengan metode lengsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam bahasa asing tanpa diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak didik dapat digunakan.
Ciri- ciri metode ini antara lain :
Ø  Urutan pelajaran mula- mula diberikan melalui menyimak/ mendengarkan (listening) baru kemudian percakapan (speaking), membaca (reading), menulis (writing) terakhir baru gramatika.
Ø  Pelajaran disajikan mula- mula memperkenalkan kata- kata yang sederhana yang telah diketahui anak didik, kemudian mempraktikan benda- benda mulai dari benda- benda yang ada didalam kelas, dirumah dan diluar kelas, bahkan mengenal luar negri atau Negara- Negara asing terutama Timur Tengah.
Ø  Alat peraga dan kamus yang dapat yang dapat digunakan sewaktu- waktu sangat diperlukan, misalnya untuk menjelaskan dan mengartikan kata- kata sulit dalam bahasa asing dan memperbanyak perbendaharaan kata- kata atau memperkaya vocabulary sebagai syarat utama menguasai bahasa asing.
Ø  Oleh karena kemampuan dan kelancaran membaca dan bercakap- cakap sangat diutamakan dalam metode ini maka pelajaran gramatikal (tata bahasa) kurang diperhatikan
Ø  Menggunakan beberapa pengajar secara bergantian, sehingga anak didik mendengar bunyi kata dan kalimat dari orang yang berbeda.
Keunggulan metode ini, antara lain :
Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena setiap individu siswa dibawa kedalam suasana lingkungan sesungguhnya untuk aktif mendengarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa asing.
Pengajaran membaca dan bercakap- cakap dalm bahasa asing sangat diutamakan, sedangkan pelajaran gramatikal diajarkan sewaktu- waktu saja.
Pengajaran menjadi brmakna dan mudah diserap siswa, karena setiap kata dan kalimat yang diajarkan memiliki konteks (hubungan) dengan dunia (kehidupan sehari- hari) siswa/ anak didik.
Segi kekurangan metode ini, antara lain :
Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal dasar bahasa asing terutama pada tingkat- tingkat pemuja, sehingga penggunaan/ pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari. Dengan demikian, tujuan semula dari metode ini untuk membaca dan bercakap- cakap selalu dalam bahasa asing sulit diterapkan secara murni, tapi harus diterapkan secara konsekuensi.
Pada umumnya, anak didik dan guru bersikap tradisional mengutamakan gramatika lebih dahulu daripada membaca dan percakapan sesuatu hal yang salah secara ilmiah yang amat perlu diubah.
Guru yang kurang memiliki kemampuan dan pengalaman praktis dalam berbahasa asing merupakan factor sulitnya diterapkan dan berhasil secara baik metode tersebut. Guru haruslah seorang yang aktif berbicara didalam bahasa asing tersebut barulah murid- muridnya akan mampu pula aktif di dalam belajar (praktik) bahasa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini guru memainkan tiga peran utama, sebagai berikut :
  • Guru sebagai sumber utama penyedia comprehensible input dalam bahasa sasaran. Guru diharuskan bisa menyediakan waktu yang banyak untuk memberikan input bahasa dengan berbagai macam bantuan seperti isyarat – isyarat sehingga anak bisa menafsirkan input yang diberikan.
  • Guru berperan sebagai pencipta suasana kelompok  yang menarik dan santai serta ramah sehingga akan meminimalkan terjadinya affective filter dalam belajar. Untuk meminimalkan terjadinya affective filter ini, guru tidak memaksa anak untuk berbicara di dalam kelompok  sebelum mereka siap untuk berbicara;guru tidak mengoreksi kesalahan yang dibuat anak; dan guru memberikan bahan pelajaran yang sesuai dengan minat anak.
  • Guru berperan sebagai penanggung jawab dan pemilih, mengumpulkan dan merancang materi pelajaran dan kegiatan kelompok  yang beraneka ragam untuk digunakan dalam kelompok Dalam memilih bahan pelajaran tidak hanya dipilih berdasarkan persepsi guru semata akan tetapi juga harus mempertimbangkan minat dan kebutuhan anak, disamping guru juga harus memilih situasi atau kegiatan yang tepat untuk penyajian materi tertentu.
  • Sedangkan peran anak dalam pembelajaran dengan metode natural menurut Bambang Setiadi,dkk (2004; 4.7) dapat dilihat dari tahap – tahap sebagai berikut:
  • Tahap pre-production, anak berpartisipasi dalam kegiatan kelompok  tanpa harus memberikan respon atau berbicara selain bahasa asing yang dipelajari. Kegiatan seperti ini misalnya dengan cara memperagakan atau menunjukkan perintah, ungkapan atau gambar – gambar yang diceritakan guru.
  • Tahap early- production , anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan– pertanyaan sederhana yang diajukan oleh guru. Jawaban anak terdiri dari satu kata atau satu frase pendek.
  • Tahap speech-emergent, anak sudah terlibat dalam kegiatan bermain peran dan permainan


KESIMPULAN
Metode Langsung (Direct Method)
Direct artinya langsung. Direct method atau metode langsung yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran Bahasa Asing dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa  anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata- kata yang sulit dimengerti anak didik, guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasiakan, menggambarkan dan lain- lain.
Ciri-ciri metode ini adalah :
Ø  Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat.
Ø  Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utama adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik.
Ø  Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu.
Ø  Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa lain.
Kebaikan metode langsung (Direct)
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya memiliki keunggulan antara lain :
Ø  Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan.
Ø  Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
Ø  Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film, radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit.
Ø  Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya
Ø  Alat ucap(lidah) siswa/ anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan- ucapan yang semula sering terdengar dan terucap.
Kelemahan metode ini ,diantaranya :
Ø  Penguasaan bahasa yang sempurna biasanya sukar bisa dicapai.
Ø  Sukar sekali diterapkan pada kelas yang besar.
Ø  Memerlukan pengajaran yang memiliki kemampuan aktif dalam bahasa asing yang diajarkan.
Ø  Dengan menggunakan hanya bahasa asing kerapkali banyak waktu terbuang, sebab bahasa ibu kadang lebih efektif dipakai untuk menjelaskan berbagai macam aspek bahasa
Metode Alamiah (Natural Method)
Metode Alamiah (Natural Method) disebut demikian karena dalam proses belajar, siswa dibawa ke alam seperti halnya pelajaran bahasa ibu sendiri. Dalam pelaksanakannya, metode ini tidak jauh berbeda dengan metode lengsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam bahasa asing tanpa diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak didik dapat digunakan.
Kelebihan metode ini antara lain :
Ø  Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena setiap individu siswa dibawa kedalam suasana lingkungan sesungguhnya untuk aktif mendengarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa asing.
Ø  Pengajaran membaca dan bercakap- cakap dalm bahasa asing sangat diutamakan, sedangkan pelajaran gramatikal diajarkan sewaktu- waktu saja.
Ø  Pengajaran menjadi brmakna dan mudah diserap siswa, karena setiap kata dan kalimat yang diajarkan memiliki konteks (hubungan) dengan dunia (kehidupan sehari- hari) siswa/ anak didik.
Kelemahan metode ini antara lain :
Ø  Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal dasar bahasa asing terutama pada tingkat- tingkat pemuja, sehingga penggunaan/ pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari. Dengan demikian, tujuan semula dari metode ini untuk membaca dan bercakap- cakap selalu dalam bahasa asing sulit diterapkan secara murni, tapi harus diterapkan secara konsekuensi.
Ø   Pada umumnya, anak didik dan guru bersikap tradisional mengutamakan gramatika lebih dahulu daripada membaca dan percakapan sesuatu hal yang salah secara ilmiah yang amat perlu diubah.
DAFTAR PUSTAKA
Muin, Abdul. Analisis Kontrastif  Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Jakarta: pustaka al- Husna Baru. 2004.
Muhtadi, Ahmad Anshor. Pengajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Penerbit TERAS.2009.
Sumardi, Muljanto. Pengajar Bahasa Asing. Jakarta : Bulan Bintang. 1974.
Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: HUMANIORA. 2009.
Hamid, Abdul, Uril Baharudin, Bisri Musthofa. Pembelajaran Bahasa Arab. UIN- Malang Press. 2008.

[1] Drs. H. Ahmad Izzan,M Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.2009,86.
[2] Ibid,87.
[3] H.M Abdul Hamid,M.A,H.Uril Baharudin, M.A dan Bisri Musthofa M.A, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN- Malang Press, 2008,23-25
[4] Drs. H. Ahmad Izzan,M Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.2009,87.
[5] Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing,Jakarta : Bulan Bintang,1974,33.
[6] Drs. H. Ahmad Izzan,M Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.2009,87
[7] Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing,Jakarta : Bulan Bintang,1974,25.
[8] H. Ahmad Izzan,M Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.2009,88.
[9] Drs. Ahmad  Muhtadi Anshor, M.Ag, Pengajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2009,69.
[10] H.M Abdul Hamid,M.A,H.Uril Baharudin, M.A dan Bisri Musthofa M.A, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN- Malang Press, 2008,25.
[11] Ibid, 26.
[12] H. Ahmad Izzan,M Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.2009,89.
[13] Ibid,89-90






sumber : http://nurilsb.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Paling Sering Dibaca