Label

Minggu, 28 Agustus 2011

Sighot & Hukum Takbiran di Dua Hari Raya

Dalam mazhab Hanafi dan mazhab Hambali shigot takbir sebagai berikut:
Allahu akbar 2x,
La ilaha illa-Llah wa-Llahu akbar,
Allahu akbar 2x
Wa li-Llahi l-hamd
.

Sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir, dan sebagaimana yang dilakukan oleh dua orang Khalifah Rasyidah dan Ibnu Mas’ud.
Dalam mazhab Maliki dan Syafii (dalam qaul jadid) kalimat takbir sebagai berikut:
“Allahu akbar”
3x ini saja menurut mazhab Malik sudah lebih bagus.
Tapi jika ditambah dengan “La ilaha illa-Llah wa-Llahu akbar, Allahu akbar
wali-Llahi l-hamd”
tidak masalah kata mereka (mazhab Maliki) karena ada hadis riwayat
Jabir dan Ibnu Abbas tentangnya.
Menurut mazhab Syafii disunnahkan menambah bacaan: “Allahu akbar kabiro wa l-hamdu li-Llahi katsiro wa subhana-Llahi bukrotan wa ashila” sehabis mengulang kalimat takbir di atas sebanyak tiga kali. Karena Nabi pernah mengucapkannya ketika berada di Shofa.
Kemudian disunnahkan menambah bacaan setelahnya dengan “La ilaha illa-Llah wa la na’budu illa iyyah, mukhlishina lahu d-din wa lau kariha l-kafirun, la ilaha illa-Llah wahdah, shodaqo wa’dah, wa nashora ‘abdah, wa hazama l-ahzaba wahdah. La ilaha illa-Llah wa-Llahu akbar”.
Tambahan di atas ini diperbolehkan (tidak disunnahkan) oleh mazhab Hanafi.
Dan diperbolehkan pula takbir ditutup dengan bacaan salawat:
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad wa ‘ala ashhabi Muhammad wa ‘ala azwaji Muhamad wa sallim tasliman katsiro”.


Hukum Bertakbir Pada Dua Hari Raya
Para fukaha sepakat (tidak ada yang berbeda pendapat) dalam masalah disyariatkannya bertakbir ketika:
  1. Pergi di pagi hari menuju salat ied
  2. setelah salat fardhu di hari-hari raya kurban (hari raya iedul adha dan tiga hari tasyriq).
Imam Abu Hanifah ra. Berpendapat: disunnahkan bertakbir tapi tidak nyaring di hari raya idul fitri ketika keluar dari rumah menuju tempat salat id karena mengamalkan hadis nabi yang berbunyi: “sebaik-baik dzikir ada yang tidak nyaring (khofiy) dan sebaik-baik rizki adalah yang mencukupi (tidak berlebihan)”. Dan kemudian berhenti bertakbir ketika telah sampai di tempat orang melaksanakan salat ied (dalam riwayat lain sampai dilaksanakannya salat).
( Hadis diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Hibban, Baihaqi dalam bab cabang-cabang iman dari Saad. )
Tapi beberapa ulama madzhab beliau berpendapat sunnahnya adalah bertakbir dengan nyaring pada hari raya idul fitri tersebut.
Dan semuanya sepakat bertakbir dengan nyaring pada hari raya kurban.
Jumhur ulama berpendapat: disunnahkan bahkan bertakbir dengan nyaring di mana pun, di rumah, di pasar, di jalan-jalan, di masjid  ketika menjelang dilaksanakannya salat id.
Adapun mazhab Hanbali mengatakan sampai selesai khutbah id.
Takbir di hari raya fitrah lebih banyak dan lebih kuat ketimbang takbir di hari raya kurban. Salah satunya adalah firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185 juga lantaran ia sebagai menampakkan syiar-syiar Islam dan peringatan bagi orang lain.
Takbir yang dibaca tidak setelah salat fardhu dinamakan takbir mutlaq. Sedangkan takbir yang dibaca setiap selepas salat fardhu namanya takbir muqayyad.
Takbir mutlaq menurut mazhab Syafii dan mazhab Hambali disunnahkan mulai dari terbenamnya matahari malam idul fitri dan tidak sebelumnya.
Takbir muqayyad menurut mazhab hambali juga mazhab syafii tidak disunnahkan pada malam idul fitri karena tidak ada dalil yang melandasinya.





sumber : http://tanbihun.com

Tidak ada komentar:

Paling Sering Dibaca